Apa yang Kubicarakan Ketika Bicara Tentang Berlari

Muh. Syahrul Padli
3 min readApr 9, 2024

--

(Karya Haruki Murakami, diterjemahkan oleh Muh. Syahrul Padli — versi 40%)

image source

Kata pengantar

Penderitaan Itu Pilihan

Ada pepatah bijak seperti ini: Seorang pria sejati tidak pernah mengungkit-ungkit lagi para wanita yang telah putus dengannya atau seberapa banyak bon tagihan yang dia bayar selama berkencan. Sebenarnya, pepatah itu omong kosong belaka. Aku hanya bercanda. Maaf! Tapi kalau memang pepatah itu benar, aku pikir satu syarat lagi untuk menjadi seorang pria sejati adalah tak banyak omong soal yang dilakukan agar tetap sehat. Seorang pria sejati tidak boleh terus-menerus bicara soal apa yang dia lakukan agar tetap sehat. Setidaknya begitulah yang kupahami.

Seperti semua orang tahu, aku bukan pria sejati, jadi mungkin seharusnya aku tidak mengkhawatirkan hal tersebut, tapi tetap saja, aku agak ragu menulis buku ini. Mungkin terdengar seperti sebuah trik mengelak, tapi ini adalah buku tentang berlari, bukan risalah tentang bagaimana menjadi sehat. Aku tidak berusaha memberi saran seperti, “Baiklah semuanya — ayo lari setiap hari agar tetap sehat!” Sebaliknya, ini adalah buku yang merampung pemikiran personalku tentang apa makna berlari. Hanya sebuah buku yang berisi perenungan tentang beberapa hal dan apa yang telah kupikirkan dalam-dalam.

Somerset Maugham pernah menulis kalau terhampar sebuah filosofi setiap dia bercukur. Aku tidak lagi setuju. Betapapun kecilnya efek beberapa tindakan yang mungkin muncul, tetap lakukan dalam periode waktu yang cukup lama dan itu menjadi sebuah bahan perenungan, bahkan meditasi. Sebagai penulis, kemudian, dan sebagai pelari, aku tidak menyadari kalau menulis dan menerbitkan buku tentang pemikiran pribadiku soal berlari membuatku menyimpang terlalu jauh dari jalan yang seharusnya. Mungkin aku jenis orang yang sangat telaten, tapi aku tidak bisa menangkap banyak hal tanpa menempatkan pikiranku secara tertulis, jadi aku harus benar-benar menggerakkan tangan dan menulis kata-kata ini. Jika tidak, aku tidak akan pernah tahu apa arti berlari bagiku.

Suatu ketika, aku berbaring di sekitar kamar hotel di Paris membaca International Herald Tribune saat menemukan artikel khusus tentang maraton. Ada wawancara dengan beberapa pelari maraton terkenal, dan mereka ditanyai mantra khusus apa yang ada di kepala mereka untuk terus diucapkan saat berlari. Pertanyaan yang menarik, batinku. Aku terkesan dengan pikiran-pikiran yang berbeda-beda saat mereka berlari 26,2 mil. Mantra itu hanya menunjukkan bagaimana melelahkannya sebuah maraton yang sesungguhnya. Jika kau tidak terus mengulang mantra semacam itu untuk dirimu, kau tidak akan pernah bisa bertahan.

Seorang pelari menceritakan sebuah mantra dari kakaknya, yang juga seorang pelari, yang telah diajarkan kepadanya dan telah dia renungkan sejak dia mulai berlari. Ini mantranya: Rasa sakit itu tak terelakkan. Penderitaan itu pilihan. Bayangkanlah kau sedang berlari dan mulai berpikir, kawan, ini sakit, aku tidak tahan lagi. Bagian yang sakit adalah kenyataan yang tak terhindarkan, tapi apakah kau bisa bertahan atau tidak bergantung pada dirimu sendiri. Itu cukup banyak meringkas aspek terpenting lari maraton.

Sudah sekitar sepuluh tahun sejak aku pertama kali memiliki gagasan tentang menulis sebuah buku yang membahas lari maraton, tapi tahun-tahun berlalu dengan banyak percobaan dan satu demi satu pendekatan, dan aku tidak pernah benar-benar menyerah menuliskannya. Berlari adalah semacam sebuah tema samar untuk dimulai, dan aku merasa sulit untuk mengetahui dengan tepat apa yang harus kuceritakan tentang hal itu.

Pada titik tertentu, akhirnya, aku memutuskan kalau aku harus menulis dengan jujur ​​tentang apa yang kupikirkan dan rasakan tentang berlari, dan berpegang pada gayaku sendiri. Kupikir itu satu-satunya cara untuk menuliskannya, dan aku mulai menulis buku, sedikit demi sedikit, pada musim panas 2005, menyelesaikannya pada musim gugur tahun 2006. Selain beberapa tempat yang aku kutip dari tulisan-tulisan sebelumnya yang telah kudatangi, sebagian besar buku ini mencatat pemikiran dan perasaanku di waktu sekarang (ketika buku ini kutulis — penerjemah). Satu hal yang kuperhatikan adalah menulis dengan jujur ​​tentang berlari dan menulis dengan jujur tentang diri sendiri hampir sama. Jadi aku rasa tidak apa-apa menganggap buku ini semacam memoar yang berpusat pada topik berlari.

Meskipun aku tidak akan bilang semua filosofi ini murni muncul dari pikiranku sendiri, buku ini mengandung sejumlah apa yang bisa disebut pelajaran hidup. Mungkin itu tidak berarti banyak, tapi itulah yang telah kupelajari dengan benar-benar menempatkan tubuhku sendiri dalam gerak, dan dengan demikian menemukan penderitaan itu sebagai pilihan. Ini semua mungkin bukan refleksi yang bisa diterapkan pada semua hal, tapi itu karena apa yang disajikan di sini adalah aku, tipe orang seperti aku.

Agustus 2007

Lanjutannya klik di sini

--

--

Muh. Syahrul Padli
Muh. Syahrul Padli

Written by Muh. Syahrul Padli

A Science Teacher, Head of Penghayat Sumur Community and Digital-Creative worker. co-Founder YT Bawah Pohon Science (an alternative education platform).

No responses yet