Ini Tips Menulis Ala Haruki Murakami yang Bisa Bikin Kamu Sadar Bahwa Kamu Bukan Dia

Muh. Syahrul Padli
4 min readJan 4, 2021

--

(Muh. Syahrul Padli)

image source: flickr.com

Kamu pembaca 1Q84, Dunia Kafka, Kronik Burung Pegas, Dengarlah Nyanyian Angin, Norwegian Wood yah? Hmmm, kamu ingin karyamu jadi semacam simbol atas masyarakat menengah? Dan kamu ingin menulis seperti Haruki Murakami agar karyamu merefleksikan gelapnya jiwa manusia di zaman ini?

Ini ada lima tips nih yang bisa diterapkan agar tulisan kamu lebih menarik. Tips ini tidak akan membuatmu punya karya selevel Murakami. Tips ini justru akan menyadarkanmu bahwa kamu tidak istimewa seperti Murakami dan itu tidak apa-apa. Oleh karena itu, dengan segala ketakistimewaanmu, kamu tidak usah berharap bisa menulis sepertinya, tapi berharaplah kamu bisa menulis sesuai kapasitasmu. Berikut tipsnya.

1. Buat detil yang kamu tahu dari pengalaman pribadi atau orang lain

Haruki Murakami adalah tipe penulis yang mengolah pengalaman pribadinya menjadi bentuk fiksi. Itu karena pengalaman sendiri adalah bahan terbaik untuk diolah sedemikian rupa.

Murakami punya banyak pengalaman yang berhubungan dengan kucing. Itulah sebabnya tulisannya tentang kucing menjadi hidup dan bisa membuatmu mengerutkan kening karena tak menduga hal sesederhana itu bisa sangat menarik di tangan yang tepat.

Murakami mengingat detil-detil unik dari pengalamannya itu. Dia mengalaminya dan memaknainya.

Murakami pernah dipijat lengan dan pahanya ketika baru mulai latihan untuk persiapan lari maraton. Pengalamannya ini membentuk tokoh utama perempuannya bernama Aomame yang bekerja sebagai tukang pijat (fisioterapis) di novel 1Q84.

Intinya, ubah pengalaman pribadimu atau pengalaman orang lain yang pernah kamu dengar menjadi bentuk fiksi yang otentik khasmu. Karena pengalamanmu berbeda dengan orang lain, maka dengan sendirinya pengalaman yang kau olah, yang kau tambal, yang kau sulam dengan imajinasimu akan memberikan efek nendang yang hanya kau yang bisa melakukanya.

Karena hanya Murakami yang bisa menulis tentang kucing dengan kesan ganjil yang menetap di kepala dan hanya Murakami yang bisa menulis tentang pemijatan otot sebagai sebuah pemaknaan atas tubuh sendiri ala Aomame, kamu tidak usah nulis tentang dua hal itu jika kamu tak menguasainya. Cari dan olah hal atau topik atau pengalaman di mana jika kamu yang menulisnya maka hasilnya tak akan dicapai orang lain.

2. Berlatih memilih kata agar narasimu mengalir

Karya Murakami tak ada yang senang bermain dengan narasi wah, kalimat njelimet, mendayu-dayu atau dengan bahasa filosofis tingkat dewa. Karya Murakami selalu memakai bahasa yang sederhana, mengalir, bahasa sehari-hari.

Murakami tak banyak bermain pada pilihan kata melainkan Murakami bermain pada tempo dan ritme cerita, seperti seorang musisi Jazz yang dengan sangat piawai membuat improvisasi bebas.

3. Tokoh perempuan diungkap latar belakangnya

Tak ada tokoh perempuan Murakami yang konvensional ala sinetron di mana tokoh perempuannya berasal dari keluarga miskin kemudian bertemu dengan pemuda tampan jutek tapi baik hati yang merupakan CEO sebuah perusahaan ternama.

Tokoh perempuan Murakami menarik, unik dan tak konvensional bukan karena mereka berasal dari dunia yang tak dihuni manusia. Tapi justru Murakami mendesain tokoh perempuannya dari perempuan-perempuan di sekitar kita, yang kita jumpai di alam nyata tapi karakternya dilengkapi dengan detil-detil tertentu.

Selain itu, kita diajak secara perlahan-lahan menyelami sisi terdalam si tokoh perempuan sehingga kita bisa bersimpati atas apa yang dilakukan dan caranya merespon peristiwa. Kita disodorkan kacamata yang dipakai si tokoh untuk memandang dunia dan mengalami peristiwa.

4. Masukkan obrolan yang sealami mungkin tapi diselipkan hal filosofis di beberapa bagian

Percakapan antar-tokoh fiksi Murakami seperti percakapan kebanyakan. Kadang terlalu kepanjangan kadang pendek. Kadang langsung ke inti kadang ngalor ngidul menuju hal-hal abstrak. Tapi apa yang selalu bisa kita harapkan dari dialog tokoh-tokohnya adalah nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam percakapan sehari-hari antar teman, antar si tokoh dengan orang asing bahkan antara si tokoh dengan dirinya sendiri.

5. Buat penanda spesifisik yang magis (sumur, warna dan sebagainya)

Hampir setiap karya Murakami terhubung dengan suatu benda atau peristiwa tertentu. Pada novela Perputakaan Misterius, tokoh utama terhubung dengan tokoh pria berpakaian domba dan perpustakaan bawah tanah. Para tokoh utama 1Q84 terhubung dengan dua bulan yang menggantung di udara. Para tokoh Dunia Kafka berhubungan dengan perpustakaan tradisional dan jatuhnya ikan makarel dari langit. Kronik Burung Pegas menjadikan sumur dan istri yang menghilang tiba-tiba sebagai elemen yang bertautan secara metafisik. Tsukuru Tazaki Tanpa Warna dan Tahun-tahun Ziarahnya menempatkan nama dan warna sebagai bentuk lain dari kerpibadian beberapa tokoh-tokohnya.

Dengan penanda spesifik macam itu, yang membuat pembaca disuguhi hal yang jarang dibacanya dalam karya lain, karyamu akan punya citarasa khasmu sendiri.

Apakah dengan mengetahui tips ini bisa membuatmu menulis seperti Haruki Murakami? Tidak. Kamu tidak akan pernah bisa menulis seperti Murakami karena memang itu tak mungkin. Kamu tak berpikir dalam kerangka Bahasa Ibu yang sama dengan Murakami. Kamu tak mengalami peristiwa dan kejadian yang membentuk gaya kepenulisan Murakami dan seterusnya. Karena itulah, kamu lebih baik mengganti pertanyaan tidak berbobot macam itu dengan pertanyaan seperti, “bagaimana cara agar saya tidak memandang remeh diri sendiri? Bagaimana cara saya keluar dari jebakan mengidolakan sosok yang membuat pikiran saya sempit? Kenapa saya menanyakan hal semacam itu?”.

Saya yang mengamati karya Murakami dan mengumpulkan cirikhasnya untuk dijadikan tips, tak pernah berhasil menjadi Haruki Murakami KW 2. Satu Haruki Murakami sudah cukup kok. Tips di atas dapat kita gunakan bukan untuk menjadi Murakami berikutnya, melainkan dapat menjadi referensi untuk menambah ornamen pada karya kita sendiri.

Satu hal terpenting yang saya pelajari dari Murakami adalah mencari gaya menulis yang membuat kita senang. Gaya Murakami menulis seperti musisi Jazz memainkan instrumen musik. Tak ada nada baru dalam tuts piano, tapi selalu ada imajinasi baru dari kombinasi tuts piano. Tak ada nada tambahan di saksofon, tapi selalu ada improvisasi tempo dan pemaknaan baru atas sebuah lagu. Begitulah gaya kepenulisan Murakami terbentuk dari kecintaannya pada musik Jazz.

Kita barangkali juga akan menemukan gaya kepenulisan khas dari kecintaan kita pada suatu hal. Seperti Murakami yang butuh belasan bahkan puluhan tahun untuk mencapai gaya penulisan khasnya sendiri, waktu bukanlah yang utama, tapi prosesnya. Proses untuk terus berproses.

--

--

Muh. Syahrul Padli
Muh. Syahrul Padli

Written by Muh. Syahrul Padli

A Science Teacher, Head of Penghayat Sumur Community and Digital-Creative worker. co-Founder YT Bawah Pohon Science (an alternative education platform).

Responses (1)