Pengantar Penerjemah Buku Memoar Haruki Murakami (Apa yang Kubicarakan Ketika Bicara Tentang Berlari)
(Muh. Syahrul Padli)
Ketika Berlari dan Menulis Menyelamatkan Hidupku
Aku diselamatkan oleh Haruki Murakami. Itu yang mau kukatakan di paragraf pembuka ini. Anggap saja itu sebuah pengakuan. Singkatnya, Murakami menulis memoar yang secara tak langsung mengipasi api kecil keinginanku bertahan hidup. Tentu saja, keinginanku bertahan hidup muncul dari dalam, tapi untuk membesarkan gaungnya, perlu bantuan hal-hal di luar diriku: dukungan keluarga, sahabat, teman, kenalan dan buku yang bagus.
Aku pengangguran yang kadang masih dapat tugas nulis dari sebuah media opini di Jakarta. Honornya lumayan untuk membeli paket internet dan ngopi. Di belakang rumah, aku juga punya kebun kakao yang hasil panennya sesekali bisa dijadikan sandaran untuk biaya main PS 3 sebagai hiburan.
Tak banyak yang bisa kulakukan sekarang. Kepercayaan diriku jatuh terperosok, sumber kreatifitasku kering hingga ke dasar-dasarnya. Aku lelah mental. Bahkan sekadar bertemu teman SMA secara tatap muka atau menghadiri pernikahan kerabat membuatku ketakutan setengah mati. Kadang aku bisa mengatasinya, tapi lebih banyak aku dikuasai oleh ketakutan tak beralasan yang bisa datang kapan saja. Apalagi semenjak dihantui gagal fokus, gangguan cemas dan panik, produktivitasku sebagai pekerja kreatif merosot tajam setahun belakangan. Ini juga yang membuatku keluar dari kantor perusahaan berita (yang dikenal sebagai tuyulnya KG) serta tak mengambil project dari agensi kreatif yang biasa mengajakku kerjasama.
Kini aku memulai hidup sebagai produk gagal dari sistem. Apalagi pandemi ini membuat masa baktiku sebagai produk gagal semakin panjang saja karena perusahaan atau agensi kreatif yang dulu membuka kesempatan kini bahkan mengurangi karyawan untuk sekadar bertahan.
Akulah produk gagal yang belum mau didaur ulang. Kupikir, aku masih punya manfaat. Menyampaikan hasil terjemahan buku ini kepada Anda dan beberapa orang di luar sana salah satunya.
Tentu saja, buku memoar ini sudah diterjemahkan oleh orang yang lebih berkompeten. Buku terjemahan tersebut dapat Anda beli di toko biasa maupun toko daring. Aku menyarankan Anda untuk membeli buku terjemahan tersebut karena telah melalui proses sunting dan proof-reading standar penerbitan. Hasil terjemahan yang Anda bisa baca di sini dengan gratis hanya semacam etalase sebelum Anda memutuskan menjadi pembaca kara Haruki Murakami atau tidak.
Aku menerjemahkan buku memoar Murakami bukan untuk menandingi terjemahan yang sudah ada. Aku tak akan menyebut diriku cukup punya kapasitas soal urusan menerjemahkan. Aku juga tak akan mengatakan terjemahan ini relatif lebih baik. Toh pengalamanku sebagai penerjemah belum teruji waktu. Meski demikian, aku tak keberatan mengaku sebagai salah satu pembaca Murakami militan yang bisa jadi lidah dan mulut alternatif — karena terjemahan ini adalah bentuk perayaan dan kegembiraan menerjemahkan karya-karya yang yang kusuka. Bisa Anda bayangkan produk macam apa yang ditawarkan oleh seorang pengangguran yang punya gairah dan ketulusan macam itu? Hmmm.
Sebenarnya, aku tak banyak menerjemahkan buku karena energi yang dibutuhkan tak sedikit. Menerjemahkan itu seperti berlari maraton. Ada tahapan yang mesti dilalui. Mengondisikan tubuh dan pikiran, mengatur waktu dan seterusnya. Aku hanya menerjemahkan buku atau novel atau esai yang berkontribusi bagi pembangunan karakterku atau yang membantuku memaknai hidup dengan lebih baik. Kebanyakan adalah buku atau novel atau kumpulan cerpen Haruki Murakami. Dan aku merasa buku ini istimewa dan memberi dampak signifikan bagiku lantaran tema yang diangkat memadukan antara menulis dan berlari.
Menulis dan berlari bagiku adalah topik yang menarik dalam buku memoar ini lantaran begitu dekat denganku. Dulunya aku jurnalis yang menulis berita di koran online dan cetak. Ditambah aku juga senang menulis fiksi dan esai. Menulis membuatku bisa merefleksikan apa yang kupikirkan pada masa tertentu; yang juga menjadi catatan dari proses berpikir dan memaknai beragam sesuatu — sebagaimana Murakami menulis tentang bagaimana arti menulis baginya dan bagaimana menulis membawanya pada suatu level kesadaran tertentu.
Dalam memoar ini, proses kreatif Murakami disampaikan dengan sederhana dan mengalir. Di beberapa bagian, Murakami memberi sentuhan di buku ini seperti seorang saksofonis atau pianis Jazz yang melakukan improvisasi bebas di atas panggung. Inilah yang menjadi daya tarik buku ini. Kita seperti mendengar tuturan akrab seorang teman, seorang kerabat, seorang sahabat tentang apa yang bergejolak dalam kepala dan batinnya. Tapi di sisi lain, kita disuguhi elemen tak terduga dari hal-hal kecil yang selama ini kita abaikan. Di satu bagian kita merasa begitu dekat dan di bagian lain kita diarahkan untuk berjarak dengan pikiran lama.
Dan yang menjadi daya tarik utama dalam buku ini, pastinya, adalah tentang berlari. Dalam memoar ini, berlari bukan hanya sebuah aktivitas fisik, tapi sebuah meditasi. Berlari awalnya Murakami lakukan agar tubuhnya lebih sehat untuk menulis. Lambat laun, Murakami mulai senang berlari karena berlari adalah aktivitas yang cocok untuk seseorang sepertinya yang tak terlalu nyaman dengan olahraga yang memerlukan kerjasama tim dan peralatan yang banyak. Berlari hanya memerlukan sepatu yang cocok dan lintasan yang layak. Selain itu, berlari jarak jauh membantu Murakami rehat dari segala macam kebisingan dunia.
Aku juga seorang pelari jarak jauh yang berlari untuk meredam bisikan dan pikiran di kepala yang tak terkontrol. Awalnya berlari jarak jauh empat kali seminggu kulakukan untuk melatih fisik karena aku bermain futsal waktu SMA. Lama kelamaan, berlari menjadi bagian integral dari aktivitas yang mewarnai hari-hariku. Berlari menjelma terapi mental mandiri yang efektif untuk mengurangi overthinking, panic and anxiety attack serta efek lain stress menahun yang kuderita. Berlari ibarat mengeraskan suara protes otot untuk mendapat asupan nutrisi dan perhatian — yang selama ini hanya berfokus di otak saja.
Aku lahir dengan warisan fisik bagus dari leluhur — terimakasih untuk buyutku yang menyumbangkan fragmen DNA ini. Tubuhku seperti punya ingatan sendiri. Ingatan yang merekam jejak evolusi untuk bertahan hidup. Itu menyebabkan tubuhku secara alami punya daya tahan khas yang memungkinkanku berjalan atau berlari jarak jauh. Sangat disayangkan jika aku tak mengasahnya.
Sekarang ini, berlari bukan hanya urusan mengatur napas dan koordinasi gerak melainkan berlari adalah caraku menghargai apa yang kupunya untuk menyeimbangkan apa yang selama ini timpang antara aktivitas otak dan tubuhku.
Buku ini menunjukkan kepadaku tentang hal itu. Inilah alasan mengapa aku menerjemahkan buku memoar ini — dan membagikannya di platform Medium — dengan harapan orang lain di luar sana, yang punya latar belakang berbeda dan masalah masing yang levelnya tak sama tetapi masih bisa terhubung dengan karya Murakami, untuk menengok memoar ini sebagai cermin melihat diri sendiri. Melihat perjalanan yang dilalui sebagai manusia, yang menulis buku hidup sendiri dan berlari di lintasan yang ujungnya belum terlihat.
Tak usah berpanjang-panjang kata lagi, selamat membaca dan menjalani hidup. Jangan cukupkan napas dulu sebelum menamatkan terjemahan ini.
Takalar, 19 Desember 2020.
Baca Pengantar Haruki Murakami di sini