Wawancara dengan Haruki Murakami: “The City and Its Uncertain Walls”
(Wawancara tentang novel terbaru Haruki Murakami)
Novel The City and Its Uncertain Walls berawal dari cerita pendek yang kamu tulis dan terbitkan pada tahun 1980. Novel ini juga memiliki keterkaitan dengan buku kamu sebelumnya, Hard-Boiled Wonderland and the End of the World. Bagaimana perasaanmu ketika kembali mengunjungi karya yang telah kamu tulis puluhan tahun lalu?
Novela yang aku tulis pada tahun 1980, The City, and Its Uncertain Walls, adalah satu-satunya karyaku yang belum kuizinkan dicetak ulang. Cerita ini pernah dimuat di sebuah majalah, tetapi aku tidak membiarkannya diterbitkan dalam bentuk buku. Alasannya adalah karena saat cerita itu diterbitkan di majalah, aku merasa bahwa cerita itu masih mentah dan belum matang. Tema yang kueksplorasi dalam cerita tersebut sangatlah penting bagiku, dan bisa dibilang itu adalah titik awalku sebagai seorang novelis. Masalahnya, pada saat itu aku belum memiliki keterampilan menulis yang cukup untuk menyampaikan cerita seperti yang kubayangkan. Jadi, aku memutuskan bahwa suatu hari aku akan kembali dan menulis ulang cerita ini secara keseluruhan setelah memiliki pengalaman dan keahlian menulis yang lebih baik.
Namun, seiring waktu, proyek lain terus bermunculan dan aku ingin mengerjakannya. Tanpa terasa, 40 tahun pun berlalu begitu saja tanpa aku kembali menggarap cerita tersebut. Saat itu aku sudah memasuki usia 70-an, dan aku berpikir mungkin waktuku tidak terlalu banyak lagi. Jadi, bisa menyelesaikan novel ini sekarang, dengan perspektif yang lebih segar, adalah sebuah kelegaan besar bagiku. Rasanya seperti beban berat telah terangkat dari pundakku. Jika aku bisa hidup 40 tahun lagi, siapa tahu — mungkin aku akan menulis ulang cerita ini sekali lagi.
Kamu menulis dengan indah tentang kesepian, kerinduan, dan cinta dalam novel ini. Apa yang bisa disampaikan oleh fiksi surealis dan magis mengenai tema-tema ini yang tidak bisa dicapai oleh fiksi realis?
Aku tidak pernah menganggap gaya menulisku sebagai surealis atau realisme magis. Aku hanya menulis cerita yang ingin kutulis, dengan gaya yang paling sesuai untukku. Saat aku menulis fiksi, cerita itu seakan mengalir secara alami, seperti air yang mengikuti kontur tanah. Yang kulakukan hanyalah menuangkan aliran tersebut ke dalam kata-kata seakurat mungkin.
Kamu mulai menulis The City and Its Uncertain Walls pada Maret 2020, sehingga kamu jarang keluar rumah dan menghabiskan sebagian besar waktu untuk menulis novel ini. Dalam catatan akhir, kamu menulis: “Keadaan itu mungkin penting. Atau mungkin tidak. Tapi aku merasa itu pasti memiliki arti. Aku merasakannya dalam hati.” Sekarang, setelah waktu berlalu, bagaimana kamu melihat pengaruh pandemi terhadap proses penulisan novel ini?
Menulis novel ini membutuhkan ketenangan, keheningan, dan kontemplasi. Dan, tergantung dari sudut pandang seseorang, kota yang dikelilingi tembok dalam novel ini bisa dianggap sebagai metafora dari karantina global. Bagaimana mungkin isolasi yang begitu ekstrem bisa berdampingan dengan perasaan empati yang hangat? Itu adalah salah satu tema utama dalam novel ini.
Bayangan memiliki peran besar dalam buku ini. Apa yang membuat konsep bayangan dan pasangan begitu menarik bagimu?
Karakter utama dalam novel-novelku bukanlah diriku yang sesungguhnya, tetapi bisa dibilang adalah versi diriku yang mungkin ada dalam kemungkinan lain. Aku merasa menarik untuk mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan tersebut, dan itu menjadi salah satu kebahagiaan terbesar yang kurasakan dalam menulis novel selama bertahun-tahun. Bagaimanapun, dalam kehidupan nyata, kita jarang memiliki kesempatan untuk menjadi seseorang selain diri kita sendiri.
Mungkin manusia bukanlah entitas tunggal, melainkan makhluk gabungan yang terdiri dari berbagai diri. Dan mungkin saja diri yang nyata dan bayangan bisa saling bertukar tempat — sebuah pemikiran yang sering muncul saat aku menulis cerita.
Apakah ada cerita lama lain yang pernah kamu tulis dan ingin kamu tulis ulang?
Tidak ada. Tentu saja, ada beberapa karya yang aku rasa kurang memuaskan, tetapi aku tidak merasa ingin menulis ulang karya-karya tersebut. Dari karya-karya yang aku anggap kurang memuaskan, ada beberapa yang aku sesali, dan ada juga yang tidak. Dalam hidup, ada kesalahan yang tak terhindarkan dan memang diperlukan, serta ada kesalahan yang harus diperbaiki.
Kamu pernah menulis bahwa semua yang kamu ketahui tentang menulis, kamu pelajari dari musik. Jika itu masih berlaku, seberapa penting bagimu untuk menemukan musik baru? Apakah masih ada hal yang bisa diajarkan musik kepadamu tentang menulis?
Saat muda, musik terasa begitu mendalam — benar-benar menembus hati dan jiwa. Biasanya, ini terjadi saat seseorang berusia belasan hingga 20-an tahun. Ketika aku seusia itu, aku menyerap banyak musik luar biasa dan belajar banyak hal penting darinya. Saat ini… aku hanya menikmati mendengarkan musik yang bagus.
Dalam beberapa wawancara selama beberapa tahun terakhir, kamu mendapat pertanyaan tentang karakter perempuan dalam karya-karyamu. Menurutmu, kritik atau kekhawatiran apa yang telah disampaikan mengenai hal ini?
Pada satu titik, aku benar-benar berhenti membaca kritik (itu benar), jadi aku minta maaf karena aku tidak tahu konteks kritik tertentu yang kamu maksud. Secara umum, bisa dibilang aku memiliki keterbatasan sebagai manusia, begitu pula novel-novelku, jadi wajar jika aku dikritik dalam beberapa hal. Jika orang-orang menikmati karyaku, tentu aku senang, tetapi jika tidak, yang bisa aku lakukan hanyalah meminta maaf.
Kamu adalah penggemar berat F. Scott Fitzgerald dan pernah menerjemahkan karyanya. Tahun depan akan menjadi peringatan 100 tahun The Great Gatsby. Bagaimana hubungan dan pemahamanmu terhadap buku tersebut berubah setelah kamu menerjemahkannya?
Satu hal yang aku rasakan dengan sangat kuat saat menerjemahkan The Great Gatsby adalah bahwa tidak ada yang perlu ditambahkan dalam novel itu, dan tidak ada yang terasa berlebihan. Memang itu hal yang sudah jelas, tetapi sangat sedikit novel lain yang memiliki kualitas seperti itu, yang menjelaskan mengapa Gatsby tetap bertahan selama seratus tahun terakhir. Itu benar-benar pencapaian yang luar biasa dan luar biasa indah. Bagiku, menerjemahkan novel Great Gatsby ke dalam bahasa Jepang adalah tantangan yang sulit sekaligus sumber kebahagiaan yang tak berujung.
Apa proyek yang sedang kamu kerjakan sekarang?
Itu rahasia.